Minggu, 17 April 2016

Belajar Dari Manapun

Pengajaran dapat datang dari siapa saja, dari seorang filsuf, pemuka masyarakat, orang orang masyhur, sampai rakyat rakyat jelata maupun mahkluk-makhluk Tuhan lainnya.

Pagi ini, seekor ayam jantan sedang mengais ngais rumput dihalaman, ditengah hujan gerimis, bulu bulunya basah, kokok nya sunyi. Semenjak tadi ayam itu masih saja setia dengan aktifitasnya, biasanya hewan sebangsa unggas ini akan memilih berteduh dari butiran hujan yang menerpa. Namun, ayam itu tetap berusaha dibawah rinai rinainya. Seketika aku merasa iba kepadanya. Aku berjalan kedalam rumah lalu membawa sekepal nasi hangat di genggaman. Kulemparkan nasi itu kearahnya. Ayam itu tersentak kaget seraya menyingkir beberapa langkah, kemudian mendekati gumpalan nasi itu. Satu hal yang membuatku terkejut, sebelum mematuki nasi itu dia sekilas menatapku lalu berkokok ringan senada "Terima kasih"  katanya padaku.

Kadangkala beberapa hal terasa musykil namun benar adanya. Lain waktu ketika kita menatap iring iringan semut di dinding, di tanah, atau dimanapun kamu menjumpainya. Mereka begitu hidup rukun dan tentram. Bergotong royong, bahu membahu dalam sebagian besar urusan. Di lain kesempatan kamu bisa melihat cicak, yang dengan sabarnya, dia menetap di dinding rumah menunggu datangnya mangsa. Lalu suatu waktu ketika dia yang menjadi mangsa, dengan lihai dia mampu menipu pemangsanya.

Begitupun dengan anjing dan kucing. Kedua hewan ini tahu benar cara berterima kasih. Dengan sigap ia akan menjaga rumah majikannya, mengikuti kemana tuannya pergi lalu merengsek manja dikaki majikannya. Amboi, sungguhlah tahu dia caranya membalas budi dengan hanya semangkuk nasi basah dan tulang ikan di dalam piring.

Kawan, berterima kasih serta rasa syukur amatlah penting. Kita dititipi rezeki untuk dibagi. Kita diberikan kesehatan untuk memberi mamfaat. Kita dianugrahi kecerdasan untuk dapat memimpin dan membimbing ke arah yang diridhoi Nya. Hingga pada waktunya nanti kita dapat kembali setelah menebar benih benih yang akan tumbuh menjadi buah buah ranum hingga mampu memberi mamfaat kepada sesama.

Rabu, 13 April 2016

Mulailah

Kenapa selalu menunda......

Kadang kala kita begitu terpaku pada satu hal dan melupakan hal penting lainnya. Lain waktu kita merasa begitu tidak berselera terhadap apapun dan memilih menimbunkan kepala dibantal seraya mendengar tik tok jam dinding. Ah apakah engkau juga merasakannya?

Perasaan hampa kadang kala menyergap jiwa. Saat diri merasa belum memaksimalkan apa apa. Lalu sesuatu membangkitkan cerita lama. Cerita tentang mimpi mimpi yang belum terlaksana. Sembari melihat foto lama dan album album berdebu. Terasa hangat, air mata itu meleleh begitu saja. Masih ada bukit yang harus didaki.

Pikiranku melayang seakan aku masih dengan wajah yang polos itu, mengatakan dengan lantang sesuatu yang aku inginkan. Lalu di masa selanjutnya keinginan itu berubah dan hanya kebimbangan yang tersisa.

Katanya, segala sesuatu tidak ada yang kebetulan. Aku bertemu mereka, bertemu dia sampai aku bertemu kamu adalah suratan yang sudah ditentukan. Waktu waktu yang sudah berjalan tak dapat ditarik maupun diulang. Kita melakukannya sekarang, nanti, besok, lusa, atau tidak sama sekali adalah pilihan. Saya pikir menunda adalah sesuatu hal yang melumpuhkan, bayangkan saja, kita dibuat terlena sesaat lalu berkejar kejaran di waktu selanjutnya. Membuat nafas lebih sesak dan detak nadi yang meningkat.

Kenapa harus menunda?
Semakin cepat semakin baik
Kamu sangat paham akan hal itu
Jika kamu yakin bisa mencapainya
Atau keraguan menyergapmu.
Hanya ada satu cara,

"MULAILAH"