Senin, 29 Februari 2016

cerita dari kapal pemuda nusantara 2

Cerita dari kapal pemuda nusantara part II


Pada postingan sebelumnya saya sudah mengenalkan tentang apa itu program KPN/LNRPB. Masih ingatkan? Kalau lupa, ayo dibaca lagi.

Jadi, sebelum teman teman menjadi duta duta perwakilan provinsi dalam sail setiap tahunnya, teman teman akan melalui seleksi dulu pada tingkat kabupaten/kota serta provinsi. Hal ini berlaku berbeda beda untuk setiap provinsi. Jika pada seleksi yang saya ikuti kemaren, seleksinya langsung pada tingkat kota dan provinsi. Materi seleksi yang diberikan pun berbeda beda pada setiap provinsi. namun saya akan memberikan gambaran terhadap tahap tahap seleksi yang sudah saya lalui yang diadakan oleh dinas pemuda dan olahraga provinsi Riau. 

Pada tahap seleksi awal, para peserta akan diminta untuk melakukan pendaftara dengan melengkapi dokumen dokumen pendaftaran berupa form yang sudah disediakan panitia serta melengkapi dengan dokumen dokumen yang diperlukan, seperti fotocopy KTP, KK, SKCK, serta dokumen lain dan melampirkan sebuah proposal yang berkaitan tentang kebaharian. Proposal ini nantinya akan dipresentasika pada saat seleksi nantinya. Berkas berkas ini diantarkan langsung ke dispora provinsi sekaligus pendaftaran ulang. Nantinya para peserta yang lulus seleksi administrasi akan dipanggil untuk tahap seleksi selanjutnya yang biasanya memakan waktu 2 sampai 3 hari. Seleksi ini berupa ujian tertulis, psikotes, presentasi proposal per individu, penampulan seni dan budaya khas daerah, ujia fisik berupa lari serta yang ketinggalan ujian renang. Semua ujian tersebut harus dilakukan untuk melihat sejauh mana para peserta siap baik fisik maupun rohani dan skill untuk mengikuti ketika sail nantinya yang dominan berada di tengah samudra. Mental yang dimiliki peserta pun harus kuat sehingga tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan selama mengikuti program.

Setelah semua sesi ujian dilaksanakan maka akan diumumkan nama nama peserts sebagai wakil dari provinsi bersangkutan. Namun hal ini belum usai. Para peserta yang terpilih akan dilatih untuk dapat menampilkan kesenian daerahnya/provinsinya sesuai dengan harapan. Penampilan seni ini dapat berupa tari-tarian, syair, silat, debus, dan lain sebagainya yang merupakan corak kesenian khas provinsi masing masing.

Didalam kapal, para perwakilan dari masing masing provinsi akan menampilkan kebolehannya dalam membawakan dan memperkenalkan seni budaya provinsinya kepada wakil wakil pemuda dari seluruh indonesia serta ASEAN dan datsatgas beserta jajarannya. Kebayang kan rasanya? Sesuatu ya... Menari diiringin suara desingan mesin kapal serta oleng kekiri dan kekanan karena hantaman ombak. Pengalaman yang sungguh tak terlupakan.

Pada pos selanjutnya saya akan bercerita tentang perjalanan per rute sail yang kami tempuh selama satu bulan lamanya yang bertemankan ombak, langit biru serta sunset di senja hari dan sunrise yang menghantarkan pagi. Sesuatu tentang nusantaraku 
#30 DWC hari ke 15

cerita dari kapal pemuda nusantara



Hallo kawan kawan :)
Di posting sebelum saya sudah menjanjikan untuk berbagi pengalaman saya selama mengikuti program KPN kepada para pembaca semuanya. Pertama-tama saya mau meperkenalkan dulu, apa sih itu program KPN, udah ada yang tahu? Acung jempol ya kalau udah. Ok, program KPN adalah salah satu program yang diperuntukkan kepada pemuda/i indonesia yang berprogres pada area kebaharian. KPN /LNRPB (kapal pemuda nusantara/ lintas nusantara remaja pemuda bahari) adalah program yanh ditaja langsung oleh Kemenpora RI bekerja sama dengan dispora provinsi untuk menjaring wakil wakil daerah dalam program beskala nasional ini.Jadi selama satu bulan para peserta akan diajak menyusuri keindahan nusantara dengan menggunakan sebuah kapal perang angkatan laut milik indonesia ke rute-rute dan spot yang telah ditentukan. 

Selama mengikuti program KPN/LNRPB ini, peserta juga dibekali dengan ilmu ilmu tentang kelautan, motivasi, ilmu tentang perfotoan dan kamera dan tentunya tentang semangat dan jiwa patriotisme serta bela negara. 

Oh ya, selama mengikuti program sail, kamu adalah duta duta bahari dari provinsi kamu masing masing, jadi, disana kamu akan bertemu dengan teman teman dari seluruh indonesia serta perwakilan pemuda Asean sebagai memperkuat jalinan persahabat. Serta melakukan diskusi diskusi membagai berbagai aspek dan mengenal lebih dekat budaya dari masing masing provinsi di Indonesia dan negara tetangga serta yang tak kalah penting, dengan adanya kegiatan ini yang ditaja langsung oleh dispora RI kita akan mengenal banyak sekali kawasan yang belum dieksplore serta memiliki potensi yang luar biasa, dan diharapkan pemuda/i memiliki rasa bela negara yang semakin tinggi terhadap tanah air imdonesia mampu mengoptimalkan potensi serta jalinan persahabatan yang semakin terjalin dan toleransi antar sesama.

Program KPN dilaksanakan sejak tahun 2009 dan diadakan setiap tahunnya dengan berbagai destinasi sebagai tempat puncak acara per tahunnya, ada yang di bunaken, banda, wakatobi, morotai, komodo, raja ampat, dan yang tahun kemaren sail tomini yang acara puncaknya di parigi moutong, sulawesi tengah. Sail Tomini 2015 ini adalah sail yang saya ikuti selama sebulanan penuh. Dari tanggal 27 agustus-28 september 2015. Rute rute pelayarannya adalah mengelilingi indonesia khususnya pulau kalimantan-sulawesi hingga ke maluku utara.

Mau tahu kisah perjalanan saya mengelilingi nusantara??? Yok ikuti terus kisahnya di postingan selanjutnya :)

#30DWC hari ke 13

Sabtu, 27 Februari 2016

tentang lamunan

Tentang lamunan

Aku tidak tahu kapan dia datang
Aku juga kadang tak mengerti tentangnya
Sesuatu yang harus aku capai
Untuk membuktikan bahwa bisa

Kadang aku begitu iri kepada mereka
Sungguh mereka orang orang beruntung
Ataukah mereka orang orang yang berjuang
Dengan berpeluh pada fisik maupun pikiran

Mereka yang mereguk kemenangan atas usaha dan doa
Mereka yang tersenyum setelah berlelah lelah
Mereka yang bertahan atas bantingan dan tekanan

Keraguan itu seringkali membersit
Aku terpaku pada lamunan panjang
Seolah olah aku sudah berada pada posisi itu
Lalu membayangkan semua rasa yang berpadu

Lalu, lamunanku tersentak
Ada jalan panjang untuk sampai kesana
Jalanan yang berbatu, terjal dan curam
Satu persatu mereka berusaha melewatinya
Ada yang gagal lalu berhenti tak mau mencoba lagi
Ada yang tidak mencoba sama sekali dan menggantung pada nasib
Ada yang mencoba lalu gagal dan mencoba lagi dan gagal lagi lalu berhenti
Ada yang mencoba lalu gagal dan tetap berusaha hingga berjaya
Serta ada yang menganggap semuanya omongan belaka

Pada akhirnya hanyalah orang yang bersungguh yang akan bertahan
Orang itulah yang akan mereguk manisnya kemenangan
Kemenangan hakiki yang dicapai dengan penuh perjuangan
Karena mereka tahu, Tuhan tak akan mengecewakan hambanya.

#30DWC hari ke 13


Jumat, 26 Februari 2016

cerita dari pasumpahan

Cerita dari pasumpahan



Apa kabar sahabat...
Masih setia mendengar kisah kisah ku...
Pada pos kali ini saya akan menceritakan tentang perjalananku ke pulau pasumpahan-sumbar untuk mengikuti kegiatan scholarship camp. Kami berangkat pada malam hari. saya beserta kawan kawan yang ikut dalam pelatihan ini berangkat ke pasumpahan dengan menggunakan mini bus, dengan tempat penantiannya di sekre Himate (himpunan mahasiswa teknik) UIN Suska Riau, universitas tempatku menimba ilmu.

Perjalanan selama 9 jam harus kami tempuh. Didalam minibus aku habiskan waktu dengan tidur, cukup lelah rasanya serta kondisi tidur membuat leher agak sakit karena tidak bisa bersandar dengan nyaman. Kami singgah hanya untuk makan dan sholat lalu melanjutkan perjalanan lagi. Pada pagi harinya sekitar pukul 6 WIB kami tiba di sungai pisang. Dari sini kami harus menaiki kapal nelayan untuk sampai ke seberang, kira kira membutuhkan waktu 15 menitan. 


Melihat kembali lautan biru terhampar dan hempasan ombak kecil membuatku merasa damai dan begitu tenang.


Di tengah perjalanan mataku dimanjakan oleh birunya air, serta gugusan pulau pulau yang cantik. Dari jauh kami sudah dapat melihat pulau yang kami tuju, deretan nyiur ada disana, tenda tenda camping pun sudah bertengger ditepiannya. Kami turun dari kapal. Oh ya, kami menggunakan dua perahu melayan, karena bukan hanya mahasiswa yang ikut pelatihan ini, namun juga beberapa orang dosen serta keluarga.


Perahu merapat di bibir pantai dan kami menurunkan barang barang bawaan, lalu bersegera mendirikan tenda yang diapit dua balai balai kecil yang sudah disewa panitia sebelumnya. "Pengalaman camping di tepi pantai ku pertama ini" gumamku dalam hati. Setelah mendirikan tenda kami diberi waktu untuk beristirahat, aku gunakan waktu ini untuk membersihkan diri, badan begitu gerahnya setelah melewati perjalanan semalam.



Pelatihan hari pertama kamipun dimulai, sesuai rencana kami akan stay dipulau selama 2 hari, dan besok kami pulang. Pak kunaifi selaku instruktur menyajikan berbagai berbagai materi dimulai dari pengenalan AAS (australian award scholarship) beserta seluk beluknya, karena beliau menerima beasiswa tersebut untuk melanjutkan program magisternya di salah satu universitas di Australia dan berhasil berhasil memperoleh gelar magisternya disana. Pak kun, begitu panggilan akrab kami juga merupakan penerima beasiswa LPDP tahun 2015, dan akan segera melanjutkan pendidikannya di universitas twente pada tahun ini. Senang sekali bisa mendengar langsung ilmu, kiat kiat serta pesan pesan dan tentunya pengalaman langsung dari orangnya. Pak kun menjelaskan materi tentang AAS pada hari pertama pelatihan, lalu kami ishoma pada siangnya dan melanjutkan materi setelah. Pada siang harinya pak kun mempresentasikan tentang pengenalan beasiswa LPDP kepada peserta. Gaya bicaranya yang tenang dan berisi membuat kami bersemangat mendengarkan meski udara panas membuat peluh bercucuran menganak sungai. sedikit alay ya... Hehehe

Masih begitu tergiang ditelingaku kata kata beliau " beasiswa ini terlalu nikmat untuk kunikmati sendiri". Kita bisa menerjemahkan kedalam persepsi masing-masing. Bagiku beasiswa ini adalah jalan tol kearah kemajuan. 

Sore harinya setelah sholat asyar, jadwal kami adalah bebas. Sayang sekali kalau tidak memamfaatkan waktu untuk bergembira. Kami berenang di tepian pantai sembari menyelam melihat ikan ikan kecil yang berenang bebas disana. Sebagian dosen memilih untuk berlatih berenang karena lebih mudah untuk mengapung di air asin. Senang sekali rasanya, kami tertawa bersama tidak pandang umur, maupun jabatan, mahasiswa dan dosen layaknya teman akrab, saya pun membantu ibu ibu dosen untuk belajar berenang, hahaha, kayak pakar aja berenang nya, hahaha. Edisi berenang hari ini ditutuo dengan main ayunan. Kebetulan di tepi pantai ada ayunan dari kayu. Kami bergantian naik disana. Walau agak susah menaikinya hal ini menjadi kelucuan menarik diantara kami, apalagi ketika kami berebutan menaiki ayunan dan beberapa kali ada adegan terjatuh dan kata kata lucu yang terlontar membuat kami tak bisa menahan tawa dan akhirnya tawa kamipun pecah.

cerita dari pasumpahan

Apa kabar sahabat...
Masih setia mendengar kisah kisah ku...
Pada pos kali ini saya akan menceritakan tentang perjalananku ke pulau pasumpahan-sumbar untuk mengikuti kegiatan scholarship camp serta tentunya berlibur, selagi libur kuliah. Sebenarnya ini adalah cerita sambungan dari kisah ku dengan banjir kemaren, pada hari kedua aku dirumah, malamnya saya beserta kawan kawan yang ikut dalam pelatihan ini berangkat ke pasumpahan dengan mrnggunakan mini bus, dengan tempat penantiannya di sekre Himate (himpunan mahasiswq teknik) UIN Suska Riau, universitas tempatku menimba ilmu.

Perjalanan selama 9 jam harus kami tempuh. Didalam minibus aku habiskan waktu dengan tidur, cukup lelah rasanya serta leher sakit karena tidak bisa bersandar dengan nyaman. Kami singgah hanya untuk makan dan sholat lalu melanjutkan perjalanan lagi. Pada pagi harinya sekitar pukul 6 WIB kami tiba di sungai pisang. Dari sini kami harus menaiki kapal nelayan untuk sampai ke seberang, kira kira membutuhkan waktu 15 menitan. 

Melihat kembali lautan biru terhampar dan hempasan ombak kecil memoriku melayang pada saat menjalani program kapal pemuda nusantara sail tomini selama satu bulan lama. Ssssttt... Tapi ini pos itu selanjutnya, saya akan menceritakan pengalamanku sebagai duta bahari selama satu bulan dan bertemu dengan teman seluruh indonesia serta ASEAN, yukkk ikuti terus. Kembali ke laptop!

Di tengah perjalanan mataku dimanjakan oleh birunya air, serta gugusan pulau pulau yang cantik. Dari jauh kami sudah dapat melihat pulau yang kami tuju, deretan nyiur ada disana, tenda tenda camping pun sudah bertengger ditepiannya. Kami turun dari kapal. Oh ya, kami menggunakan dua kapal melayan, karena bukan hanya mahasiswa yang ikut pelatihan ini, namun juga beberapa orang dosen serta pemateri tentunya bersama keluarganya. 

Kapal merapat dan kami menurunkan barang barang bawaan, lalu bersegera mendirikan tenda yang diapit dua balai balai kecil yang sudah disewa panitia sebelumnya. "Pengalaman camping di tepi pantai ku pertama ini" gumamku dalam hati. Setelah mendirikan tenda kami diberi waktu untuk beristirahat, aku gunakan waktu ini untuk membersihkan diri, badan begitu gerahnya setelah melewati perjalanan semalam.

Pelatihan hari pertama kamipun dimulai, sesuai rencana kami akan stay dipulau selama 2 hari, dan besok kami pulang. Pak kunaifi selaku instruktur menyajikan berbagai berbagai materi dimulai dari pengenalan AAS (australian award scholarship) beserta seluk beluknya, karena beliau menerima beasiswa tersebut untuk melanjutkan program magisternya di salah satu universitas di Australia dan berhasil berhasil memperoleh gelar magisternya disana. Pak kun, begitu panggilan akrab kami juga merupakan penerima beasiswa LPDP tahun 2015, dan akan segera melanjutkan pendidikannya di universitas twente pada tahun ini. Senang sekali bisa mendengar langsung ilmu, kiat kiat serta pesan pesan dan tentunya pengalaman langsung dari orangnya. Pak kun menjelaskan materi tentang AAS pada hari pertama pelatihan, lalu kami ishoma pada siangnya dan melanjutkan materi setelah. Pada siang harinya pak kun mempresentasikan tentang pengenalan beasiswa LPDP kepada peserta. Gaya bicaranya yang tenang dan berisi membuat kami bersemangat mendengarkan meski udara panas membuat peluh bercucuran menganak sungai. sedikit alay ya... Hehehe

Masih begitu tergiang ditelingaku kata kata beliau " beasiswa ini terlalu nikmat untuk kunikmati sendiri". Kita bisa menerjemahkan kedalam persepsi masing-masing. Bagiku beasiswa ini adalah jalan tol kearah kemajuan. 

Sore harinya setelah sholat asyar, jadwal kami adalah bebas. Sayang sekali kalau tidak memamfaatkan waktu untuk bergembira. Kami berenang di tepian pantai sembari menyelam melihat ikan ikan kecil yang berenang bebas disana. Sebagian dosen memilih untuk berlatih berenang karena lebih mudah untuk mengapung di air asin. Senang sekali rasanya, kami tertawa bersama tidak pandang umur, maupun jabatan, mahasiswa dan dosen layaknya teman akrab, saya pun membantu ibu ibu dosen untuk belajar berenang, hahaha, kayak pakar aja berenang nya, hahaha. Edisi berenang hari ini ditutuo dengan main ayunan. Kebetulan di tepi pantai ada ayunan dari kayu. Kami bergantian naik disana. Walau agak susah menaikinya hal ini menjadi kelucuan menarik diantara kami, apalagi ketika kami berebutan menaiki ayunan dan beberapa kali ada adegan terjatuh dan kata kata lucu yang terlontar membuat kami tak bisa menahan tawa dan akhirnya tawa kamipun pecah.

Malam harinya pun keseruan masih berlanjut, agenda pada malam ini adalah bakar ayam serta membuat gorengan bakwan. Dan yang lucunya bakwan yang dibuat chef dadakan selalu habis tiap tiap gorengan matang. Haha, gorengan bakwannya sudah berpindah ke dalam perut. Disisi lain pun anggota perkumpulan bakar ayam sudah memulai eksekusi. Daging ayam dengan potongan besar besar sebelumnya telah dikukus dengan bumbu bumbu dan dibawa panitia dari pekanbaru dan setelah itu digoreng lagi sebentar lalu baru dibakar, wah kayak resep ya, tapi sungguh malam itu, sajian makanannya terasa begitu istimewa. Bukan hanya karena ayamnya yang super enak dengan tambahan sambal cabe kecap tapi suasana kekeluargaannya terasa sekali. Dan pada saat sesi makan makan usai kami mulai merasai akibatnya. Satu persatu berlarian ke toilet. Ternyata oh ternyata, ... (Bagian ini disensor) hahaha

Pada pagi harinya agenda dilanjutkan dengan mendaki ke atas puncak pasumpahan. Belum afdhol kalau ke sini belum menaiki puncaknya. Namun treknya hanya mampu dilewati oleh orang dengan hati yang bersih dan amal kebaikan yang banyak.uupss emangnya shirat ya, hehe, becanda. Tapi memang betul, jalan menuju ke puncak cukup menantang, dengan ada bebarapa trek perjalanan dan kita hanya diberi pegangan berupa tali untuk menuju keatas, mungkin, perkiraanku mungkin pada trek pertama kemiringannya sekitar 65 derajat. Cukup curam. Dan tentunya memerlukan energi yang ekstra.
Tapi kelelahan selama mendaki rasanya terbayarkan sudah oleh indah nya pemandangan. Dengan drone (sejenis pesawat kamera) milik pas nesdi, kami mengekplorasi pulau, begitu indah. Setelah puas ber foto foto kami pun turun, tentunya denga perjuangan yang sama. Ayoo semangat. Setalah selesai kegiatan panjat bukit sama istirahat bersama dengan kegiatan makan serta mandi. 

Pelatihan pun dilanjutkan, pagi ini kami mendapat ilmu tentang beasiswa LPDP, tentang seluk beluk serta syarat syarat mendapat, bagaimana cara melengkapi dokumen persyaratan sampai pada mendaftar LPDP secara langsung. Beberapa peserta pun membuat account beasiswa langsung dengan dibimbing pak kun. Pak kun menyampaikan materi dengan sangat baik dan terstruktur. Dari beliau aku mendengar pengalaman pengalaman hebat selama beliau menimba ilmu di luar negeri. Dari beliau pula aku tahu bahwa kita tidak boleh pesimis juga jangan terlalu berlebihan optimis, kedua sifat ini tak akan menghantarkan kita pada kesuksesan yang sejati.

Hari semakin siang, sesuai rencana kami akan kembali bertolak ke pekanbaru. Agak sedih rasanya. Pengalaman selama dua hari ini terasa kurang. Ingin rasanya lebih lama disana tapi kami harus kembali. Perkuliahan akan dimulai pekan ini. Kami mengemasi barang barang lalu bertolak meninggalkan pulau. Dan sampai ditepian kami singgah sebentar dirumah ibu dan bapak seraya berterima kasih karena telah mempersiapkan makanan dan transportasi kami selama kami camping. Saat kami mau berangkatpun kami masih disediakan es teh sebagai pelepas haus.akhirnya kami izin pulang. Rencanyanya kami (mahasiswa dan panitia) akan pulang dengan menggunakan kereta api arah ke pariaman lalu mnyewa mini bus disana untuk pulang ke pekanbaru karena lebih hemat. Namun karena jam sudah menunjukkan pukul 5 lebih, kami tertinggal kereta terakhir dan memutuskan pulang dengan menggunakan minibus. Sementara rombongan dosen pulang dengan kenderaan peribadi. Dan alhamdulillah semuanya selamat wal afiat sampai ke pekanbaru. 

Perjalanan ini menyisakan banyak makna dan makna itu mengandung banyak pelajaran. Ayo bersama kita berjuang, berjuang untuk mengejar impian. Karena kita tahu kita bisa

"AMERIKA AKU DATANG"
MAN JADDA WAJADA

#30 DWC hari ke 12


Kamis, 25 Februari 2016

tentang aku dan banjir 3

Sambungan



Alangkah terkejutnya diriku, ternyata daratan setelah jembatan gantung masih tergenang banjir. Sebagian warga masih mengungsi dan sebagian lagi bermain ditengah genangan banjir tak terkecuali anak anak. Begitu riangnya mereka berendam disana bertolak belakang sekali dengan suasana hatiku saat itu, kacau, satu kata yang terpikir "pulang" bagaimanapun caranya. Aku melihat ada perahu pengangkut barang dan penumpang disana. Aku dekati bapaknya dan mengatakan maksud dan tujuanku pada mereka dan berharap mereka bisa membantu. Sejurus kemudian aku serasa mendapat pertolongan namun sekilas kemudian air mataku hampir meleleh mereka bilang awalnya bisa dan setelahnya tidak bisa. Bahkan aku ditinggalkan begitu saja disana dan mereka memilih mengantar penumpang lain. Walaupun aku sudah berkata pada mereka bahwa aku akan menerima walaupun hanya diantar sekejappun dan aku akan membayar walaupun uang didalam dompetku cuma 12 ribu rupiah. Itupun adalah uang pinjaman dari temanku untuk naik angkot pada awalnya. Aku begitu bersikeras, kukatakan hal itu berkali kali pada mereka tapi mereka tetap acuh. Sedih sekali rasanya. Pikiranku menerawang. Kucoba telpon berkali kali orang dirumah berharap mereka bisa menjemputku, tapi telpon mereka semua tidak aktif, aku tahu, listrik yang sudah mati sejak 3 hari yang lalu tentu membuat battere hp mereka kosong. Untungnya aku sempat mencas hp pada saat pengungsian kemaren sehingga setidaknya aku bisa berjaga jaga dikalau ada yg menelpon.

Aku masih tetap disana. Terpaku ditengah genangan banjir. Cukup lama. Hingga tiba tiba kudengar seseorang memanggilku dari arah depan. Sesorang yang asing bagiku, dia masih muda dan tangannya menarik sebuah jerigen berisi minyak mungkin bensin, aku mengiranya. Dia berjalan didepanku dengan temannya dan juga bawaan yang sama. Laki laki itu menyuruhku mengikutinya. Entah kenapa langkah kakiku spontan mengikutinya, dengan menyeret ditengah genangan air. Rasanya cukup sulit dan kakiku terasa berat, namun kuteruskan langkahku. Hampir kuterjerembab karena kakiku menyangdung pembatas semen dipinggir jalan yang tertutup banjir. Ternyata genangan banjir itu cukup jauh hingga akhirnya aku sampai ditepi batas air. Disana aku bisa melihat jalanan kering karena daratannya lebih tinggi. Laki laki itu menyuruhku menunggunya di sana sembari dia menghantar bawaannya dan menjemput sepeda motornya. Tak ada kata yang keluar dari mulutku selain anggukan dari kepalaku. Aku terdiam disana. Aku coba meraih hp di tasku dan menelpon kerumah lagi, tapi lagi lagi hp mereka tidak aktif. Lalu dengan sedikit frustasi, aku menelpon seorang teman jauh disana, sedikit menghiburku sedikitnya aku masih bisa bercakap cakap dengannya. Kukatakatan padanya bahwa rasanya aku ingin menangis. Dan anehnya, dia menyuruh untuk menangis, dia mengatakan bahwa dia juga pernah mengalami masa masa sulit, juga pernah berjalan jauh seorang diri dan juga pernah merasa sendiri. Aku maklum tentang hal itu dan mencoba menyabarkan diri.

Tak lama berselang, laki laki itu datang dengan sepeda motornya, lalu kami berlalu dari sana. Aku tidak tahu seperti apa medan yang akan kami hadapi, dalam pikirku semua akan baik baik saja tak ada lagi air yang menghadang disana. Hingga kami sampai pada sebuah jembatan disana. Jalanan terputus oleh genangan banjir serta jembatan yang runtuh akibat terjangannya. Laki laki itu memarkirkan kenderaannya ditepi jalan lalu mengkah mengarungi banjir. Aku mengikutinya dari belakang. Arus airnya begitu deras sehingga kuputuskan untuk membuka sendalku. Dan ketika sandal itu kubuka, seketika tajamnya bebatuan dan pecahan pecahan aspal menghujam kakiku. Sakit dan perih. Aku bisa saja memilih untuk tetap memakai sandal itu. Namun hal itu akan semakin berbahaya karena derasnya arus mungkin akan menyeretku dan tidak ada tempat bergantungan disana. Akhirnya aku mengerti maksud dari kata kata laki laki itu selagi diatas motornya, dia berkata " kamu bukan penakut kan". Ya itulah maksudnya.

Perjuangan itu belum berakhir sampai disana, masih ada medan yg harus kami sebrangi. Dan medan ini menurutku lebih ekstrem lagi. Jika pada medan pertama engkau masih bisa berjalan dan air hanya sebatas paha. Pada medan kedua ini ketinggian air melebihi tinggiku. Disana ada tali yang dibentangkan tempat untuk menggantung. Laki laki itu meminta barang barangku untuk dibawakannya dan aku mengikutinya. Aku bergantung pada seutas tali itu, air sampah membasahi rambutku walaupun tertutup hijab. Sekuat tenaga aku bergelantungan disana dan membawa tubuhku kearah tepi. Pecahan aspal tentu masih ada, perih dikaki tak apa aku rasa. Yang penting selamat. Akhirnya dengan tubuh basah kuyup aku menghuyung keatas. "Selamat" bisikku dalam hati. 

Setelah sampai diseberang, laki laki itu meminjam sepeda motor dari kenalannya yang kebetulan ada disana. Dan kami melanjutkan sisa perjalanan dengan sepeda motor itu. Hening begitulah pada mulanya, hingga laki laki itu menanyakan nama dan sebagainya. Akupun menjawab sekenanya. Dalam hatiku, sungguh aku berterima kasih pada laki laki ini. Aku memintanya untuk mengantarkan aku ditepi jalan saja, tak sampai kerumah, terasa ada yg menahanku. 

Sampai disimpang jalan arah kerumah, seraya turun aku menanyakan berapa ongkos yang harus aku bayar atas semua bantuannya. Aku tahu cuma ada 12 ribu uang didompetku, nilai itu sangatlah kecil untuk membayar ongkosku hari ini. Dan sempat kuberpikir laki laki itu berkata" tidak usah bayar, aku ikhlas ingin menolong" bagitu katanya. Aku mengucapkan terima kasih banyak padanya. Ketika dia hendak pergi, aku baru ingat, aku belum tahu namanya, dengan setengah berteriak aku pertanyakan namanya, dan diapun menjawabnya. Setidaknya aku tahu siapa nama orang yang telah membantuku hari itu dengan segala kerendahannya. Dia waktu itu menyaksikanku kebingungan dan mungkin merasa kasihan terhadapku. Aku sungguh berterima kasih, Tuhan menggerakkan untuk menolongku. Tuhan selalu ada untuk hambanya, kapanpun. Tapi kadang sering kita yang memberikan pengabaian dan berlindung pada kelupaan. TAMAT.

#30 DWC hari ke 11

Rabu, 24 Februari 2016

tentang aku dan banjir 2



Sambungan


Setelah bercerita tentang beberapa bagian pengalamanku tentang banjir di pos sebelumnya, saya akan membagikan cerita selanjutnya tentang aku dalam banjir. 

Aku masih berada dirumah temanku, ikut mengungsi bersama mereka hingga tiga hari tiga malam banjit melanda. Aku ingin sekali pulang kerumah, namu apa boleh buat keadaan tak memungkinkan sekarang. Aku mengikuti alurnya, bersama mereka aku merasa berada dalam keluarga. Kami mengungsi ke rumah salah seorang sanak keluarga temanku itu, namun perjalanan menuju kesana ternyata tidak mudah juga, daratan yang sejatinya adalah perkebunan ibu dan areal persawahan sudah menjadi sungai, tak mungkin juga kami berenang melewati arus yang deras dan dalam. Kami menunggu jemputan speed boat di tempat pemberhentian, layaknya halte bus penjemput penumpang. Namun, speed boat itu tidak kunjung datang, sebagian warga yang juga menunggu beralih ketempat yang lain sementara kami tetap menunggu dengan sabar disana. Hingga akhirnya kutahu tempat kami menunggu bukanlah tempat yang tepat. Speed boat menjemput penumpang di tempat yang berbeda. 

Akhirnya, kami ( aku, temanku dan keluarganya) secara bergiliran diantar oleh seorang paman yang baik hati. Meski hanya menggunakan perahu yang terbuat dari sejenis kara plastik dan disana sini sudah berlobang, kami tetap diantarnya sampai tujuan. Tersebersit kengerian dihatiku, bagaimana jika perahu itu karam ditengah perjalanan, bentuknya yang sudah reot membuatku khawatir, ditambah lagi muatan yang banyak serta air yang selalu harus dikuras selama perjalanan agar perahu tidak tenggelam. Dengan pertolongan Tuhan melalui usaha paman kami semua secara bergantian diantarkannya ke seberang. 

Oh ya, sebenarnya kami tidak ingin mengungsi pada awalnya, kami sudah merasa cukup aman untuk menumpang sebentar dirumah seorang tetangga yang memiliki rumah panggung sehingga air tidak memasuki rumah. Namun, pada hari ke 2, tersebar issue bahwa debit air akan semakin meninggi, PLTA akan melepas beberapa pintu air lagi. Dan hal yang membuat kami tambah was was adalah, sebagian orang percaya dan mengatakan bahwa pihak speed boat hanya akan mengantar warga keseberang sampai sore harinya. Walaupun terdengar juga kabar bahwa debit air akan menurun jika tidak terjadi hujan nantinya. Yang namanya orang awam, mendengar desas desus itu, ciutlaj nyali dan memilih untuk mengungsi maka terjadilah keadaan diatas. 

Setelah kami mengungsi ketempat yang dirasa aman tersebut, rasanya bahagia sekali ketika kaki menginjak tanah kembali. Orang disana nyaman nyaman saja, berbeda sekali dengan kondisi kami yang rumahnya dibantaran sungai serta memiliki dataran rendah walau jaraknya tidak terlalu jauh... Hmmm... Tanah kering, tidak ada arus air yang keruh... Fuuhhh rasanya sedikit lega.

Pada pagi harinya setelah semalaman menginap disana, orang orang mengabarkan bahwa air ternyata sudah surut. Dan kami memutuskan untuk kembali kerumah, ya, rumah temanku. Ingin sekali rasanya aku langsung pulang, rindu rasa tak tertahankan, namun, nuraniku mencegahku. Banyak hal yang bisa kubantu disana sebagai ungkapan terima juga karena telah mengizinkan aku bersama mereka menjalani masa masa banjir ini bersama. Jalanan ternyata belum kering sempurna masih ada aliran air deras sebatas paha di beberapa sisi jalan. Dikanan kiri aku melihat rumah warga yang rusak akibat tak kuat menahan terjangan banjir, kulihat juga beberapa keramba ikan yang sudah terdampar di daratan. Kudengar juga kabar banyak sekali keramba ikan warga yang hanyut terbawa banjir besar. Kuharap semua bisa tabah menerimanya.

Sesampainya di rumah temanku, pandanganku terarah pada setumpuk sepeda motor yang selalu menunggu kami para tuanku. Lega dia masih bertengger disana walau dalam kondisi kotor dan rusak karena mesin dan oli motor terendam banjir. Kami bergotong royong membersihkan rumah dari sisa sisa banjir, baik itu sampah, pasir pasih basah dan merapikan dan membersihkan kembali barang barang, serta membuang barang barang yang rusak terendam banjir yang umumnya terbuat dari kayu serta tripleks. Menjelang tengah hari pekerjaan membersihkan rumah selesai. Aku katakan pada temanku dan keluarganya bahwa aku ingin pulang. Karena sepeda motorku masih harus diperbaiki aku putuskan untuk meninggalkan dirumah temanku dan memintanya untuk menghantarkan ke bengkel bersama dengan sepeda motornya. 

Aku pulang menggunakan metromini, ditengah jalan aku melihat beberapa posko pengungsian serta genangan banjir, ternyata banjir belum seutuhnya surut. Aku agak was was apakah aku bisa sampai ke rumah hari ini atau tidak? Tapi karena sudah keburu tanggung dan sudah diperjalanan kuputuskan saja untuk pulang melewati jembatan gantung, siapa tahu disana air sudah kering dan aku bisa meminta orang rumah untuk menjemput atau mengojek sampai rumah. Setelah aku melewati jembatan gantung tersebut, alangkah terkejutnya diriku... Ternyata...

Bersambung
#30DWC hari ke 10

Selasa, 23 Februari 2016

Tentang Aku dan Banjir

Dalam banjir


Cerita ini berasal dari pengalamanku sendiri, pengalaman yang membuatku berfikir tentang hal yang berbeda yang dahulunya aku anggap biasa.

Pernahkah aliran air yang deras dan dengan cepatnya mengisi ruang rumahmu sahabat? Inilah kali pertama hal tersebut menimpa diriku, keluargaku dan sebagian besar masyarakat didaerahku, tepatnya di kampar. Dulunya, aku menganggap enteng tentang musibah banjir yang melanda sebagian wilayah di Indonesi kala musim penghujan tiba. Aku pun tak pernah sekalipun membayangkan bagaimana kondisi mereka disana, harus terkepung air berhari hari lamanya, kesulitan melakukan aktivitas bahkan kesulitan untuk makan, sama sekali tak terlintas di pikiranku, sampai aku meradakannya sendiri.

Ini adalah kali pertama aku menghadapi situasi ini dan parahnya aku tak bersama keluargaku saat musibah ini terjadi, aku terkepung di rumah seorang sahabat, selapas kami pergi mengunjungi salah satu destinasi wisata dan malamnya aku memutuskan menginap dirumahnya karena hujan yang lebat dan mengizinkan aku pulang. Aku menelpon ayah, kukatakan aku akan menginap disana, ayah bilang, malam itu pihak PLTA akan melepas 5 pintu air dan menghimbau warga agar waspada. Sebelumnya memang didaerahnya kami sungai kampar juga meluap karena PLTA tak mampu mrnampung debit air yang kian menambah mengingat musim hujan yang terjadi namun, aku tetap tenang karena air tak pernah masuk rumah sejak PLTA didirikan sebelum tahun 2000 an. Makanya ketika ayah bilang himbauan tersebut, aku tenang tenang saja, ku pikir, ah itu cuma omong kosong belaka, tak mungkin banjir besar akan datang, toh selama ini debit air masih terkendali.

Setelah itu, aku dengan pulasnya dirumah teman ku. Hingga tiba tiba sekitar jam 02.30 dini hari aku terbangun karena suara kasak kusuk di luar kamar. Kami membuka jendela dan ternyata air sudah mencapai halaman rumah, lalu kami keluar ke ruang tamu dan lama, air dengan cepatnya menggenangi setiap sudut rumah. Rasanya seperti masih bermimpi namun, kutahu ini hal yang harus kuhadapi. Tanpa berfikir panjang, aku membantu teman ku dan keluarganya memindahkan barang2 ketempat yang lebih tinggi, setengah jam kemudian air sudah menggenangi rumah sebatas pinggang orang dewasa, alirannya begitu deras dan terasa dingin. Sesaat aku terpaku melihat keadaan, lalu tiba tiba terfikir keadaan keluarga dirumah, bagaimana kondisi disana sekarang, apakah kondisinya sama dengan yang kuhadapi, pikiranku melayang. Kuputuskan untuk menelpon kerumah, ayah bilang air belum memasuki rumah, dan disana kondisinya masih aman. Lalu cukup tenang, setidaknya mereka baik baik saja disana, sampai aku tahu pada siang harinya air memasuki rumahku, dan ayah, ibu dan adik-adikku mengungsi. Dan hal yang membuat ku tercengang, mereka mengungsi di salah satu gubuk yang ada di kebun kami karena disana daratannya cukup tinggi dan terjangkau air. Disana cukup aman dan nyaman walau gubuk itu kecil namun tetap merupakan pilihan baik yang bisa diambil.
Aku menjalani hari hariku ditengah banjir. Ada satu hal yang terluput dari perhatian kami ketika sedang sibuk sibuknya mengungsikan barang, yaitu sepeda motor. Air sudah meninggi ketika kami sadar bahwa motor belum diselamatkan. Dengan segera kami memindahkan sepeda motor ketempat yang lebih tinggi, namun apa mau dikata, air mencapai tempat tersebut dan merendam motor tersebut, 5 unit sepeda motor plus 1 unit sepeda motor milikku ditelan banjir. Aku bisikkan pada motorku sebelum mengungsi ke salah satu rumah warga yang lebih tinggi agar dia baik baik disana. Kugembok motorku agar dia tetap menunggu disana hingga air surut nantinya, memang agak dramatis tapi begitulah adanya.

Keadaan rumah terendam banjir, kami mengungsi, barang2 basah, tidak bisa kemana-mana, listrik nya padam serta sedikit menahan lapar adalah sekelumit hal yang harus kami hadapi saat itu, aku hanya bisa berdoa, "Tuhan semoga musibah banjir ini cepat usai, aku ingin segera pulang kerumah" begitu pintaku....
Bersambung...

Cerita ku tentang banjir belum selesai, yok ikuti kelanjutannya di post berikutnya, pantengin terus yang kawan #30DWC hari ke 9

Senin, 22 Februari 2016

diet sampah plastik yok yank

Diet sampah plastik yok yank

Dalam rangka memperingati hari sampah nasional 21 februari kemaren, kami memperingatinya dengan kampanye di car free day pekanbaru dan membuat janji mulai dari diri sendiri dan memviruskannya kepada orang lain untuk menghemat penggunaan sampah khususnya sampah plastik, memilah sampah sesuai bahannya serta menempatkannya pada tempatnya masing masing. Dalam hal ini, mungkin lebih baik untuk tidak menggunakan kata "membuang" sampah pada tempatnya. Karena kata ini akan menimbulkan makna ganda dan sering disalah artikan sebagai membuang sampah pada tempatnya tersebut secara serampangan. Bisa di tempat dia makan, di jalanan, kebun, halaman dan sebagainya, sebuah perilaku yang sangat tidak dianjurkan, bukan? Maklum banyak sekali diantara kita yang sering memplesetkan kata.

Kembali lagi ke topik utama tentang tema "diet plastik". Menurut saya pribadi hal ini sangat penting, bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan, separoh dari iman dan lain sebagainya, slogan slogan yang umum sekali kita dengar. Namun belum dapat dikerjakan secara maksimal dan selayaknya.

Katika saya pergi kepasar hari ini, saya memperhatikan sekeliling, tentang riuhnya pasar, hiruk pikuknya transaksi jual beli, dan sebagainya, tak luput juga saya memperhatikan banyak sekali kantong kantong plastik atau yang lebih dikenal " kresek" berserakan disini, mulai dari yang warnanya hitam, hijau, putih, kuning, macam pelangi saja, cuma pelangi dalam bentuk sampah. Saya pun mau tak mau menggunakan karena tak membawa kantong ataupun tas berbahan kain besar dari rumah, sempat saya berbincang pada seorang pedagang, " pak, sebaiknya kita tidak boleh menggunakan banyak plastik, karena dapat mencemari lingkungan" lalu pedagang itu menjawab: plastik kan memang kebutuhan kami sebagai pedagang. Lalu saya terdiam, mungkin kita harus memberikan pengertian lebih mengena dengan memulai dari diri sendiri.

Ngomong-ngomong dengan diet plastik, mungkin ini adalah hal yang cukup sulit, karena kita sudah terbiasa dan membiasakan diri menghinakannya. Pergi berbelanja ke kedai beli sebungkus mie instan, lalu kita dikasih plastik atau penjual memberi kita percuma dan kalau sang penjual tidak memberi plastik atau lupa kita malah minta "pak kantong plastiknya mana" padahal kita bisa memegangnya atau memasukkan dalam tas atau jok kenderaan. Sebuah contoh sederhana yang sering sekali kita jumpai. namun tak mustahil merubah kebiasaan bila kita menyadari akan dampak dan kelangsungan lingkungan hidup kedepannya. Dengan Memperingati hari sampah nasional bukan berarti hanya menghargai lingkungan hanya sehari, ber uporia dengan tindakan sekejap, namun, hal tersebut juga harus dilandasi dengan hati, memulai dari hari ini, besok, lusa dan seterusnya. Kalau tidak kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi, yoook bareng-bareng, bersama kita bisa, iya... Kita...

Diet sampah plastik yuk yank #30DWC hari ke 8 

diet sampah plastik yok yank

Diet sampah plastik yok yank

Dalam rangka memperingati hari sampah nasional 21 februari kemaren, kami memperingatinya dengan kampanye di car free day pekanbaru dan membuat janji mulai dari diri sendiri dan memviruskannya kepada orang lain untuk menghemat penggunaan sampah khususnya sampah plastik, memilah sampah sesuai bahannya serta menempatkannya pada tempatnya masing masing. Dalam hal ini, mungkin lebih baik untuk tidak menggunakan kata "membuang" sampah pada tempatnya. Karena kata ini akan menimbulkan makna ganda dan sering disalah artikan sebagai membuang sampah pada tempatnya tersebut secara serampangan. Bisa di tempat dia makan, di jalanan, kebun, halaman dan sebagainya, sebuah perilaku yang sangat tidak dianjurkan, bukan? Maklum banyak sekali diantara kita yang sering memplesetkan kata.

Kembali lagi ke topik utama tentang tema "diet plastik". Menurut saya pribadi hal ini sangat penting, bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan, separoh dari iman dan lain sebagainya, slogan slogan yang umum sekali kita dengar. Namun belum dapat dikerjakan secara maksimal dan selayaknya.

Katika saya pergi kepasar hari ini, saya memperhatikan sekeliling, tentang riuhnya pasar, hiruk pikuknya transaksi jual beli, dan sebagainya, tak luput juga saya memperhatikan banyak sekali kantong kantong plastik atau yang lebih dikenal " kresek" berserakan disini, mulai dari yang warnanya hitam, hijau, putih, kuning, macam pelangi saja, cuma pelangi dalam bentuk sampah. Saya pun mau tak mau menggunakan karena tak membawa kantong ataupun tas berbahan kain besar dari rumah, sempat saya berbincang pada seorang pedagang, " pak, sebaiknya kita tidak boleh menggunakan banyak plastik, karena dapat mencemari lingkungan" lalu pedagang itu menjawab: plastik kan memang kebutuhan kami sebagai pedagang. Lalu saya terdiam, mungkin kita harus memberikan pengertian lebih mengena dengan memulai dari diri sendiri.

Ngomong-ngomong dengan diet plastik, mungkin ini adalah hal yang cukup sulit, karena kita sudah terbiasa dan membiasakan diri menghinakannya. Pergi berbelanja ke kedai beli sebungkus mie instan, lalu kita dikasih plastik atau penjual memberi kita percuma dan kalau sang penjual tidak memberi plastik atau lupa kita malah minta "pak kantong plastiknya mana" padahal kita bisa memegangnya atau memasukkan dalam tas atau jok kenderaan. Sebuah contoh sederhana yang sering sekali kita jumpai. namun tak mustahil merubah kebiasaan bila kita menyadari akan dampak dan kelangsungan lingkungan hidup kedepannya. Dengan Memperingati hari sampah nasional bukan berarti hanya menghargai lingkungan hanya sehari, ber uporia dengan tindakan sekejap, namun, hal tersebut juga harus dilandasi dengan hati, memulai dari hari ini, besok, lusa dan seterusnya. Kalau tidak kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi, yoook bareng-bareng, bersama kita bisa, iya... Kita...

Diet sampah plastik yuk yank #30DWC hari ke 8

Sabtu, 20 Februari 2016

antara aku dan kamu


Kadang diriku kebingungan dengan hal ini, tentang diriku dan dirimu, apa yang salah dengan kita?
Aku merasakan getaran ketika didekatmu, tidakkah kamu begitu?
Aku merasakan sesuatu, bagaimana denganmu?
Aku selalu mengharapkan dirimu mendampingiku, apa kamu juga sama?
Aku suka melihat hujan, dari balik jendela kaca, kuukir namamu, lalu  gerimis hujan menghapuskan, lalu mengukirnya lagi dengan lebih besar, memandanginya hingga berlalu...
Aku menyukai hujan, angin, dan kelembutan, engkau juga menyukainya, tapi dengan cara yang berbeda
Jika kerinduan menerpa, aku akan menyebut namamu, jika aku membuatmu ragu, aku kadang mengutuki diriku
Begitulah aku, lalu...
Akan kamu balas cerita diriku dengan dirimu
Kamu akan memberikan pengabaian lalu memberikan kehampaan
Kemudian aku datang dengan secercah harapan, berharap kamu akan memberikan pemaafan atas kesalahan yang tak pernah kulakukan
Aku, aku memang seperti itu, menghantar segenap rasa, menjalaninya, merasa tertipu lalu memilih diam
Kamu, adakah kamu seperti itu? Atau cuma aku yang merasa...?
Kamu, kelelahan ku tak pernah berlangsung lama, aku selalu punya segudang maaf untukmu, dan kamu, akan menguras sampai tak ada yang tersisa
Kamu...
Cukuplah kamu yang tahu, dan aku yang merasa...
#30DWC hari ke 6

antara aku dan kamu


Kadang diriku kebingungan dengan hal ini, tentang diriku dan dirimu, apa yang salah dengan kita?
Aku merasakan getaran ketika didekatmu, tidakkah kamu begitu?
Aku merasakan sesuatu, bagaimana denganmu?
Aku selalu mengharapkan dirimu mendampingiku, apa kamu juga sama?
Aku suka melihat hujan, dari balik jendela kaca, kuukir namamu, lalu  gerimis hujan menghapuskan, lalu mengukirnya lagi dengan lebih besar, memandanginya hingga berlalu...
Aku menyukai hujan, angin, dan kelembutan, engkau juga menyukainya, tapi dengan cara yang berbeda
Jika kerinduan menerpa, aku akan menyebut namamu, jika aku membuatmu ragu, aku kadang mengutuki diriku
Begitulah aku, lalu...
Akan kamu balas cerita diriku dengan dirimu
Kamu akan memberikan pengabaian lalu memberikan kehampaan
Kemudian aku datang dengan secercah harapan, berharap kamu akan memberikan pemaafan atas kesalahan yang tak pernah kulakukan
Aku, aku memang seperti itu, menghantar segenap rasa, menjalaninya, merasa tertipu lalu memilih diam
Kamu, adakah kamu seperti itu? Atau cuma aku yang merasa...?
Kamu, kelelahan ku tak pernah berlangsung lama, aku selalu punya segudang maaf untukmu, dan kamu, akan menguras sampai tak ada yang tersisa
Kamu...
Cukuplah kamu yang tahu, dan aku yang merasa...
#30DWC hari ke 6

antara aku kamu


Kadang diriku kebingungan dengan hal ini, tentang diriku dan dirimu, apa yang salah dengan kita?
Aku merasakan getaran ketika didekatmu, tidakkah kamu begitu?
Aku merasakan sesuatu, bagaimana denganmu?
Aku selalu mengharapkan dirimu mendampingiku, apa kamu juga sama?
Aku suka melihat hujan, dari balik jendela kaca, kuukir namamu, lalu  gerimis hujan menghapuskan, lalu mengukirnya lagi dengan lebih besar, memandanginya hingga berlalu...
Aku menyukai hujan, angin, dan kelembutan, engkau juga menyukainya, tapi dengan cara yang berbeda
Jika kerinduan menerpa, aku akan menyebut namamu, jika aku membuatmu ragu, aku kadang mengutuki diriku
Begitulah aku, lalu...
Akan kamu balas cerita diriku dengan dirimu
Kamu akan memberikan pengabaian lalu memberikan kehampaan
Kemudian aku datang dengan secercah harapan, berharap kamu akan memberikan pemaafan atas kesalahan yang tak pernah kulakukan
Aku, aku memang seperti itu, menghantar segenap rasa, menjalaninya, merasa tertipu lalu memilih diam
Kamu, adakah kamu seperti itu? Atau cuma aku yang merasa...?
Kamu, kelelahan ku tak pernah berlangsung lama, aku selalu punya segudang maaf untukmu, dan kamu, akan menguras sampai tak ada yang tersisa
Kamu...
Cukuplah kamu yang tahu, dan aku yang merasa...
#30DWC hari ke 6

Kamis, 18 Februari 2016

rindu rumah yuk pulkam

Rindu rumah...? Yuuk pulkam

Hai sahabat, bagaimana tanggapanmu tentang judul diatas?
Pernahkah dirimu mengalami nya? Sebagian mungkin menjawab ya, sebagian lagi mungkin menjawab tidak, karena anak rumahan, hehehe

Tapi tahu tidak, ada hal yang menarik dari ritual pulkam tersebut. Pulkam disini bisa dikategorikan dalam banyak hal, namun seperti judulnya diatas, saya akan memfokuskan pembahasan tulisan ini tentang cerita rindu anak kuliahan yang harus merautau untuk menggapai cita dan meninggalkan kampung halaman tercinta, orang tua tercinta, kakak, adik, keponakan, teman, sampai pacar (cie cie), uupss

Dari pengalamanku dan cerita banyak teman. Hampir sebagian besar mengatakan rindu rumah dalam menjalani aktifitas perkuliahan, biasanya, demam rindu rumah ini melanda mahasiswa mahasiswa baru, mahasiswa sedang bahkan lama, tapi tak jarang juga yang mengatakan malas pulang, alasannya bersifat personal. Namun disamping itu semua, pulkam adalah rutinitas yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar mahasiswa. Apalagi ketika sudah masuk jadwal padat kuliah, tugas yang menumpuk, cucian yang segudang, bau masakan, langsung teringat rumah, karena biasanya dirumah bermanja-manjaan, uuffs, tapi tak semua orang ya, saya sih enggak, hihi

Jadi, muncul ini pertanyaan, gimana mau pulkam kalau tidak ada waktu buat pulkam, apalagi hari libur pun cuma sebentar, nanggung kalau pulang, dapat capek sama ngabisin biaya aja.

Nah, saya akan membagi beberapa tips, untuk teman teman yang sedang
Dilanda problema diatas
Pertama, tenangkan fikiran
Ini penting, karena dengan fikiran yang tenang dan jernih, kita mampu berfikir lebih baik dan tidak sembrono
Kedua, carilah tempat yang tenang, semisal taman, kebun, ataupun ruangan kamar untuk merilekskan tubuh
Ketiga, siapkan catatan kecil
Gunanya, kita bisa membuat kelebihan serta kekurangan dari setiap tindakan, misal, ragu ragu untuk pulkam sementara waktu yg sempit namun rindu rumah semakin besar, nah. Bandingkan kelebihan dengan kekurangan lagi, tarik kesimpulan dari perbandingan tersebut
Keempat, cari rekreasi yang lebih sederhana serta tetap menyenangkan, misalnya, olahraga atau berdiskusi
Kelima, berdoa
Memohon kepada sang pencipta agar selalu memberi perlindungan terhadap segala sesuatunya serta berusaha untuk sabar, tetap semangat
Keenam, kalau memang rasa rindu sudah tak tertahankan walau sudah menelpon orang rumah, dan tetap ingin pulang, maka pulanglah, asal sebelum pulang kita mesti mempertimbangkan point ketiga.

Ok, itulah beberapa tips yang bisa kita lakukan, semoga bermamfaat, #30DWC hari ke 5


here and know

Here and know

Kawan, pernahkah dirimu berada pada situasi ini?
Saat, dirimu sedang berada diruangan kelas atau perkuliahan dan dosen sedang menjelaskan materi didepan, namun fikiranmu tidak menyatu dengan raga? Maksudnya seperti dua hal yang tak saling berhubungan. Mungkin sebagian kita pernah mengalaminya, ayo ngaku??? Hehe
Dalam situasi seperti ini, apa yang biasanya kamu lakukan? Mungkin akan ada beberapa alternatif jawaban, pertama, kamu akan menatap langit langit ruangan kelas sambil menghayal, kedua, kamu akan mencoret-coret kertas ataupun meja didepanmu, ketiga, kamu mungkin mengesankan ekspresi lugu yang mudah terbaca, lalu, tiba tiba dosen atau gurumu melemparkan pulpen kearahmu,hehe, gak enak banget ya....

Ok, dari pengalaman saya tentang "here" yang berarti disini dan " know" yang berarti tahu, dapat ditarik benang merah bahwa here and know adalah gabungan dua kata yang secara istilah sederhana dapat diartikan dengan mengetahui dan memusatkan fikiran ditempat ia berada, jadi, kalau sedang berada dalam situasi belajar berarti fikiran juga harus berada di ruang belajar jangan ngelantur... Mikirin inilah itulah, jemuranlah, piring kotorlah, malam mingguan lah, haha, jangan, here and know pada tempatnya ya.

Mungkin, timbul pertanyaan? Masa sih kita tak boleh rileks sebentar ? Boleh saja, tentu sangat boleh. Memang sebagian besar kita kadangkala merasa bosan ataupun jenuh dengan proses perkuliahan ataupun situasi kelas yang ada apalagi bila kita mendapat jadwal kuliah di siang hari dengan cuaca panas, tanpa AC, berdesakan, ngantuk dan sejenis lainnya virus dari kuliah siang, namun perlu diingat, ketika otot kita kejang ataupun pikiran kita dilanda kebosanan mungkin kita bisa melakukan sedikit peregangan ataupun sekedar melihat keluar jendela untuk memberikan kesan rilek pada mata dan pikiran, tiba tiba muncul pertanyaan, kalau tidak ada jendela atau jendela kejauhan gimana? Ya coba alternatif lain, kamu bisa bersenandung tanpa bersuara atau melihat disekitarmu, siapa tahu dapat inspirasi, tapu ingat, setelah dapat mood kembali tetap fokus ke materi perkuliahanmu, karena dari pengalaman saya, inti materi itu kadangkala ada ketika kita sedang tidak fokus sehingga bisa bisa lupa saat ujian.

Satu lagi ini saran saya tentang "here and know" ,rajin rajinlah bertanya pada guru atau dosen, bisa diruang kelas, ataupun diluar kelas karena hal tersebut akan sangat membantumu untuk meningkatkan know mu dan here mu akan bermamfaat tidak hanya sebagai pengisi daftar hadir alias absensi.

Ok, sekian dulu ya, semoga semakin faham dengan istilah here and know.
#30DWC hari ke 4

Rabu, 17 Februari 2016

kisah bersama ibu



Hari itu aku bersegera , mamadem,pulang...
Setelah lima hari panjang yang menguras pikiran, hari ini datang. hatiku diliputi perasaan haru, sedih, menyesal, dan bersalah, semuanya jadi satu. Ketika kuinjakkan kaki kerumah, orang-orang sudah banyak berkumpul. Kupandangi wajah mereka, dan ada satu wajah yang amat kusayangi diantara mereka mamadem, ibuku tersayang, dia tampak tersenyum, namun hatiku yang miris.
            Pikiranku melayang pada siang hari itu. Langit begitu biru tak ada angin dan tak ada hujan. Saya dan madem bersiap pulang dari sepetak lahan kecil kami. Hari itu saya belajar menyadap karet dan membantu ibu mengumpulkan kayu bakar, gas waktu itu susah didapat, minyak tanahpun dalam kondisi yang sama, kalaupun ada harganya melambung tinggi. Aku mengumpulkan kayu bakar dari ranting dan batang karet yang berjatuhan, dan celakanya, ternyata kayu itu adalah sarang dari puluhan semut penyengat yang berbisa, kami menamainya semut api. Jika kamu terkena oleh gigitannya, kulitmu akan bengkak dan mengeluarkan setetes darah pada area gigitannya, dan itulah yang saya alami, jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan dan kaki saya tak lupu dari serbuannya. Saya merintih, itu sungguh sakit, saya berlari kearah madem, lalu madem menyarankan agar segera minum air putih membasuh bekas gigitan dengan air. Aku berlari ke arah sungai kecil dibelakang kebun, airnyanya jernih, dan dingin, aku basuh tangan dan kakiku serta kuminum beberapa teguk airnya. Rasanya Segar dan tentu saja tawar.
            Aku menyarankan ke ibu supaya kami pulang saja, aku ingin segera mengolesi luka dengan minyak kepala buatan ibu dirumah, maka ibu bersegera atas pekerjaannya. Ibu tidak bisa mengendarai motor, jadi akulah sang drivernya, hari ini adalah hari libur, aku pulang sekali seminggu, dan sekali seminggu pulalah ibu mengajakku ke kebun karena jarak yang cukup jauh dari rumah sehingga tidak bisa ditempuh kalau bersepeda apalagi jalan kaki, kalau tidak ingin kakimu bengkak karena perjalanan jauh
            Diperjalanan pulang semuanya berjalan seperti biasa, namun tiba-tiba....... motorku oleng sesaat lalu normal kembali, kurasakan ada sesuatu yang jatuh... aku menoleh kebelakang... dan... kulihat ada sesosok tubuh tertelungkup di aspal jalan raya. Aku panik , tanpa memperdulikan posisi motor aku berlari kearahnya. Aku balikkan posisi yang tertelungkup itu, dan aku melihat wajah yang dipenuhi darah... dia ibu... dia jatuh... mataku gelap seketika....
            Aku sanggah kepala beliau di pahaku, aku melirik kesekitar, lengang... lalu sekuat tenaga aku melengkingkan suaraku meminta tolong, berkali-kali , kupandangi  ibu, dia hanya diam tak bergerak, wajahnya dipenuhi luka, hidungnya berdarah, cekung telinganya dipenuhi darah, jari kelingking kirinya koyak, dan roknya terbelah. Kusentuh jawahnya, dan tanganku dipenuhi cairan merah kental begitupula pakaianku karena beliau ada dipangkuanku. Toloooong-toloooong kataku, berulang kali aku meneriakkan hal yang sama. Dan satu mobil pick up berhenti tepat di depan kami disusul kedatangan orang-orang. Mereka bertanya apa yang terjadi, namun aku tak mampu berkata apapun lagi, mulutku bungkam. Mereka membawa ibu ke puskesmas terdekat dengan mobil pick up, aku masih menjadi bantalan beliau, diatas mobil barulah tangisanku pecah, bibirku gemetaran namun tanpa ada kata terucap.
            Sesampai di puskesmas ibu segera dibaringkan, tidak lama ayah dan kakek pun datang. Orang-orang telah memberitahu mereka. Adik ku pun datang sambil membawa air mata, ibu akhirnya sadar, aku sedikit lega, terpikir hal yang aneh sebelumnya suatu kemungkinan yang sangat tak kuinginkan. Darah dimuka ibu dibersihkan dengan kapas dan jari kelingkingnya ditutupi kain kasa.
            Ibu terus saja bertanya apa yang sedang terjadi, suaranya tak begitu jelas, bibirnya bengkak dan matanya dan pipinya membiru bengkak. Perawat menyarankan dibawa ke rumah sakit. Maka kami membawa ibu kerumah sakit dengan pick up. Di tengah perjalanan ibu terus bertanya apa yang sedang terjadi, kenapa kami menangis dan sebegainya, hatiku amat sedih. Dalam hatiku... aku ingin mengutuki diriku sendiri... ini salahku...
            Ibu dibaringkan di rumah sakit dan lukanya kembali dibersihkan, dokter memeriksa bagian tubuh yang lain, yang kemungkinan juga terluka, tapi syukurnya bagian badan dan kaki ibu baik. Dokter memeriksa telinga ibu yang dipenuhi darah, ternyata itu adalah darah dari hidung ibu yang sudah mengental.
            Ibu dalam keadaan sadar sekarang, aku meminta maaf padanya, dia katakan dia baik-baik saja, dan malah masih bisa bergurau. Dokter spesialis tulang belum datang, kami menunggu, aku masih bercerita kronologis kejadian pada ibu, cukup lama akhirnya dokternya datang, jari kelingking ibu yang koyak harus segera dioperasi. Dokter menyuruh ayah ke apotik untuk menebus obat-obatan. Beberapa obat tidak ada di apotik rumah sakit sehingga ayah dan kakek mencarinya di apotik lain. Menjelang malam, para karib kerabat mulai berdatangan, ibu rencananya akan dioperasi malam harinya. Aku belum mandi, baju yang kupakaipun adalah baju tadi siang yang dilumuri darah. Aku minta pada aciok ku (panggilan untuk adik ibu) membawakan baju untuk ibu dan untuk ku. Alhamdulillah operasi berjalan lancar,tangan ibu dibungkus perban panjang dengan penyangga gipsin. Pasca operasi ibu masih merasakan panasnya gipsin. Ibupun sulit untuk menelan makanan tapi syukurlah nafsu makannya selalu baik. Namun ibu agak rewel soal obat.
            Pada hari keemapt dirumah sakit aku meminta izin untuk kuliah, waktu itu adalah awal semester dan aku belum ada masuk sekalipun, ayahpun harus mengajar kembali. Kami berganti shift menjaga ibu ketika aku pergi kuliah ke panam, adik dan kakekku menjaga ibu. Di hari kepulangan ibu kerumah aku masih dipanam, ketika mendapat telepon dari kakek beliau bilang ibu sudah dibawa pulang oleh ayah, maka aku segera pulang, walau besok ada kuliah lagi, aku bisa berangkat pagi-pagi dari rumah, butuh satu jam perjalanan dari rumah kekampus. Aku sungguh bersyukur atas kepulihan ibu, walaupun bekas luka di muka ibu masih tampak dan mendapat beberapa jahitan di jeri kelingkingnnya, ibu terlihat sehat, aku sungguh bahagia, aku sering meminta maaf kepada beliau, karena belum bisa menjadi anaknya yang baik. Tapi berkali-kali pula beliau menepis ucapanku dengan senyumannya. Ibu...aku mencintaimu...selalu...#30DWC hari ke 2 #untuk ibundaku

sendiri itu....???

Pernahkah dirimu berada di suatu tempat sendirian? Atau merasa sendirian? Bisakah dirimu memilih diantara dua hal tersebut???
Kadangkala kita menganggap kesendirian di suatu tempat adalah sesuatu hal yang menakutkan, tapi sadarkah kita? Tak setiap saat kita bisa mendengar suara jangkrik dan nyanyian cacing, kadang kala kita terlalu sibuk bahkan menyibukkan diri untuk tidak mendengarnya. Hiruk pikuk rutinitas yang kita kerjakan kadang melalaikan. Padahal mereka begitu ramai di antara semak sana, mereka mendendangkan nyanyian alam, mungkin mereka sedang bersuka, kenapa kita tidak sesekali mendengarkan? Pernahkah dirimu dibangunkan dipagi hari oleh kicauan burung? Lalu engkau membuka jendela dan menyapa daun daun basah karena hujan semalam? Lalu, pernahkah engkau menatap matahari pagi begitu bersahaja hingga matamu berkunang? Pernahkah engkau melakukannya dikala waktu senggang atau sendirian mu?

Malam ini aku mendengarkan, jangkrik itu seolah berkata kenapa merasa sendiri sedang kami menemani? Lalu, semut semut didinding seolah datang hendak menemani, bahkan nyamuk yang sedari tadi mengerubungi juga hadir sebagai teman dikala sepi.

Bukan, bukan, ini bukan berarti terlalu merasa sendiri, aku hanya mencoba menenagkang hati dan meluruskan pikiran, layaknya simponi lagu. Aku katakan pada Dia, Dia Yang Maha Tahu, Dia Yang Maha Mengerti, bahwa saat sendiri aku merasa jauh lebih dekat dengannya, lebih dekat dengan kuasa-kuasa Nya, hingga aku mengerti bahwa Dia selalu bersama hambanya #30DWC hari ke 3