Rabu, 24 Februari 2016

tentang aku dan banjir 2



Sambungan


Setelah bercerita tentang beberapa bagian pengalamanku tentang banjir di pos sebelumnya, saya akan membagikan cerita selanjutnya tentang aku dalam banjir. 

Aku masih berada dirumah temanku, ikut mengungsi bersama mereka hingga tiga hari tiga malam banjit melanda. Aku ingin sekali pulang kerumah, namu apa boleh buat keadaan tak memungkinkan sekarang. Aku mengikuti alurnya, bersama mereka aku merasa berada dalam keluarga. Kami mengungsi ke rumah salah seorang sanak keluarga temanku itu, namun perjalanan menuju kesana ternyata tidak mudah juga, daratan yang sejatinya adalah perkebunan ibu dan areal persawahan sudah menjadi sungai, tak mungkin juga kami berenang melewati arus yang deras dan dalam. Kami menunggu jemputan speed boat di tempat pemberhentian, layaknya halte bus penjemput penumpang. Namun, speed boat itu tidak kunjung datang, sebagian warga yang juga menunggu beralih ketempat yang lain sementara kami tetap menunggu dengan sabar disana. Hingga akhirnya kutahu tempat kami menunggu bukanlah tempat yang tepat. Speed boat menjemput penumpang di tempat yang berbeda. 

Akhirnya, kami ( aku, temanku dan keluarganya) secara bergiliran diantar oleh seorang paman yang baik hati. Meski hanya menggunakan perahu yang terbuat dari sejenis kara plastik dan disana sini sudah berlobang, kami tetap diantarnya sampai tujuan. Tersebersit kengerian dihatiku, bagaimana jika perahu itu karam ditengah perjalanan, bentuknya yang sudah reot membuatku khawatir, ditambah lagi muatan yang banyak serta air yang selalu harus dikuras selama perjalanan agar perahu tidak tenggelam. Dengan pertolongan Tuhan melalui usaha paman kami semua secara bergantian diantarkannya ke seberang. 

Oh ya, sebenarnya kami tidak ingin mengungsi pada awalnya, kami sudah merasa cukup aman untuk menumpang sebentar dirumah seorang tetangga yang memiliki rumah panggung sehingga air tidak memasuki rumah. Namun, pada hari ke 2, tersebar issue bahwa debit air akan semakin meninggi, PLTA akan melepas beberapa pintu air lagi. Dan hal yang membuat kami tambah was was adalah, sebagian orang percaya dan mengatakan bahwa pihak speed boat hanya akan mengantar warga keseberang sampai sore harinya. Walaupun terdengar juga kabar bahwa debit air akan menurun jika tidak terjadi hujan nantinya. Yang namanya orang awam, mendengar desas desus itu, ciutlaj nyali dan memilih untuk mengungsi maka terjadilah keadaan diatas. 

Setelah kami mengungsi ketempat yang dirasa aman tersebut, rasanya bahagia sekali ketika kaki menginjak tanah kembali. Orang disana nyaman nyaman saja, berbeda sekali dengan kondisi kami yang rumahnya dibantaran sungai serta memiliki dataran rendah walau jaraknya tidak terlalu jauh... Hmmm... Tanah kering, tidak ada arus air yang keruh... Fuuhhh rasanya sedikit lega.

Pada pagi harinya setelah semalaman menginap disana, orang orang mengabarkan bahwa air ternyata sudah surut. Dan kami memutuskan untuk kembali kerumah, ya, rumah temanku. Ingin sekali rasanya aku langsung pulang, rindu rasa tak tertahankan, namun, nuraniku mencegahku. Banyak hal yang bisa kubantu disana sebagai ungkapan terima juga karena telah mengizinkan aku bersama mereka menjalani masa masa banjir ini bersama. Jalanan ternyata belum kering sempurna masih ada aliran air deras sebatas paha di beberapa sisi jalan. Dikanan kiri aku melihat rumah warga yang rusak akibat tak kuat menahan terjangan banjir, kulihat juga beberapa keramba ikan yang sudah terdampar di daratan. Kudengar juga kabar banyak sekali keramba ikan warga yang hanyut terbawa banjir besar. Kuharap semua bisa tabah menerimanya.

Sesampainya di rumah temanku, pandanganku terarah pada setumpuk sepeda motor yang selalu menunggu kami para tuanku. Lega dia masih bertengger disana walau dalam kondisi kotor dan rusak karena mesin dan oli motor terendam banjir. Kami bergotong royong membersihkan rumah dari sisa sisa banjir, baik itu sampah, pasir pasih basah dan merapikan dan membersihkan kembali barang barang, serta membuang barang barang yang rusak terendam banjir yang umumnya terbuat dari kayu serta tripleks. Menjelang tengah hari pekerjaan membersihkan rumah selesai. Aku katakan pada temanku dan keluarganya bahwa aku ingin pulang. Karena sepeda motorku masih harus diperbaiki aku putuskan untuk meninggalkan dirumah temanku dan memintanya untuk menghantarkan ke bengkel bersama dengan sepeda motornya. 

Aku pulang menggunakan metromini, ditengah jalan aku melihat beberapa posko pengungsian serta genangan banjir, ternyata banjir belum seutuhnya surut. Aku agak was was apakah aku bisa sampai ke rumah hari ini atau tidak? Tapi karena sudah keburu tanggung dan sudah diperjalanan kuputuskan saja untuk pulang melewati jembatan gantung, siapa tahu disana air sudah kering dan aku bisa meminta orang rumah untuk menjemput atau mengojek sampai rumah. Setelah aku melewati jembatan gantung tersebut, alangkah terkejutnya diriku... Ternyata...

Bersambung
#30DWC hari ke 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar