Rabu, 09 Maret 2016

cinta itu bukan filosopi belaka


Sebagai insan yang dianugrahi firah mencintai dan dicintai. Banyak sudah pujangga yang dengan indah telah melukiskannya. Banyak sudah lakon yang tercipta sebab merasainya. Tentu setiap yang bernyawa punya hak atas fitrah ini. Tumbuhan, hewan serta manusia dititipi rasa ini oleh sang pencipta. Dan setiap jenis mahluk menyikapinya dengan cara yang berbeda.

Tumbuhan dengan malu malu membiarkan angin menerbangkan serbuknya ke tempat lain. Hewan menunjukkan rasa cinta dengan caranya sendiri yang kadang membuat kita beryanya tanya serta manusia, sebagai khalifah di muka bumi menghendaki jalur yang lebih elegan dan bernilai tentang cinta

Cinta, bagaimana manusia menyikapinya?..
Sebagai seorang yang memiliki akal yang sempurna dan nafsu yang tak dapat diterpa, manusia dititipi rasa, yang akan bergelora jika tiba masanya. Namun, dewasa ini, sering kali kita mendengar hal hal tabu yang menjadi lazim untuk diperbincangkan. Apakah benar, cinta hanya bisa dimaknai dalam ruang yang sempit?

Ibarat lautan yang tak pernah kering, seperti itulah rasa yang seharusnya terbina. Hakiki dan tak pernah mati. Kadang kala kita mendengar berita berita yang menggambarkan cinta dari sebelah mata. Apakah benar, cinta itu layaknya kisah romeo dan juliet yang berpegang teguh pada rasa walau kematian yang akan mendera? Apakah benar, cinta adalah kisah yang digambarkan oleh perwujudan laila dan qais yang harus sama sana menderita untuk merasakan hawa dan getarannya?

Kawan, sesaat kita berfikir, kisah diatas rasanya mewakili perasan yang menggebu, perasaan yang kata orang dapat meluluhkan gunung berapi. Namun, ingatlah satu hal, bahwa cinta yang sejati adalah cinta yang didasarkan pada petunjuk ilahi. Bukan hanya sebagai filosopi yang mengagungkan kisah yang mengharukan hati.

Cinta adalah hal magis, tak tahu datangnya dari mana, seketika hinggap tanpa perantara. Banyak sudah anak muda yang digalaukan musabab hal ini. Kawula muda yang menjadikan cinta sebagai pencapaiannya.

Ketika cinta tak berkenan menetap dan hanya sekedar singgah, banyak anak muda yang kalang kabut olehnya, tiba tiba menjadi filosof yang bukan main tentang cinta. Ada yang mengurung diri, ada yang malakukan peristiwa menghapus jejak, ada yang menyikapi dengan cara ekstrem dan berpikir pendek. Dan akhirnya, apa yang didapat, tak lain hanyalah penyesalan.

Lalu, muncul pertanyaan, bagaimana cara kita menyikapinya? Jika kita membuka google dan mengetikkan kata istimewa ini" cinta", engkau akan menemukan banyak sekali penjabaran disana. Namun, bagi diriku, cinta adalah hal suci yang memorinya tak perlu dihapuskan, biarkan semuanya menjadi pelajaran dan kesempatan untuk menemukan yang jauh lebih baik kedepan.

Dari pada hidup engkau pusingkan dengan penyesalan diri dan kegalauan yang tak bermakna. Alangkah lebih baiknya diri untuk selalu melalukan pembenahan, menjadikan  hal yang telah berlalu sebagai pelajaran. Ingatlah, jodohmu adalah cerminan dirimu. Tingkatkan kualitas dirimu, sibukkan diri untuk hal hal yang bermamfaat. Jadikanlah diri bak "intan didalam kaca". Perbanyak sholat sunnah dan puasa sebagai penguat iman dikala rasa mulai menyisir hati. Dan akhirnya tawakkal sebagai jalan penantianmu terhadap ketetapan Sang Ilahi Robbi.

#30DWC hari ke 24

2 komentar:

  1. Isinya sangat "berisi" mba, top lah..
    Ohya, Judulnya sengaja dibuat ga kapital Mba? hee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak, semoga bisa berbagi mamfaat, iya, judulnya memang seperti itu :)

      Hapus